Gaspersz ; Lulusan UKIM Bukan Sekedar Bergelar Sarjana Tapi Jadi Ilmuwan Yang Berkarakter
Ambon, Demokrasi Maluku : Pdt. Dr. Steve Gerardo Christoffel Gaspersz, M.Si., M.A, dilantik oleh Ketua MPH Sinode GPM . Pdt. S.I.Sapulette, S.Si.M.Si, menjadi Rektor Universitas Kristen Indonesia Maluku (UKIM) periode 2025-2029, berlangsung di aula UKIM kampus Talake Kecamatan Nusaniwe Kota Ambon Provinsi Maluku, pada Kamis (27/11/2025) .
Pelantikan dan pengambilan sumpah jabatan diawali dengan ibadah yang dipimpin oleh Pdt. Ny.R.Parera/T,M.Th, dilanjutkan dengan serah terima jabatan dan pelantikan.
Rektor UKIM Pdt Steve Gaspersz usai acara pelantikan kepada wartawan mengakui bahwa kepemimpinannya merupakan anugerah TUHAN karena itu , anugerah yang diberikan TUHAN akan dijalankan dengan sebaik-baiknya.
“Mengawali seluruh kerja, tentunya saya akan melakukan pertemuan guna mendudukan seluruh perangkat organisasi mulai dari wakil-wakil rektor, dekan, ketua-ketua lembaga dan seluruh perangkat struktural lainnya” .
“Dalam waktu sehari dua ini seluruh perangkat organisasi akan dirampungkan, kemudian kita akan bersama merumuskan apa yang menjadi visi-misi saya, yang tentunya akan dijabarkan dalam Rengstra jangka pendek, menengah dan jangka panjang”.

Menurutnya, kampus tidak boleh menjadi menara gading, UKIM harus hadir sebagai kekuatan yang membumi, memberi manfaat langsung bagi masyarakat, sekaligus menjadi ruang pembentuk karakter publik yang dewasa dan toleran.
Menurut dia, konsep kampus berdampak adalah amanat nasional yang harus diwujudkan dengan serius. “Kita hidup di masyarakat yang mudah terpecah oleh isu identitas. Kampus harus datang membawa perspektif baru tentang hidup bersama dalam keberagaman,”kata Steve.
Lebih lanjut dia katakan, kampus harus berani berubah, konsolidasi dan kolaborasi penting demi suatu hal yang lebih baik ke depan.
UKIM sebagai “Home of Scholarship” haruslah menjadi rumah kesarjanaan yang melahirkan ilmuwan berkarakter, bukan sekadar lulusan bergelar. Ia mengingatkan bahwa UKIM tidak boleh puas sebagai “jagoan kandang”. Kolaborasi nasional dan internasional harus diperluas dalam berbagai bidang.
Rektor juga menyinggung digitalisasi sebagai peluang besar juga risiko,menempatkan agenda digitalisasi sebagai prioritas penting. Namun baginya, digitalisasi bukan sekadar membeli perangkat atau mengubah proses manual menjadi daring.
“Teknologi membawa manfaat besar, tetapi juga menyeret sisi gelap: hoaks, konten merusak, dan perilaku digital yang tidak sehat,” tegasnya. Karena itu UKIM, lanjutnya, berkewajiban memperkuat literasi digital agar teknologi benar-benar digunakan untuk kebaikan. Semua fakultas akan dilibatkan dalam kajian komprehensif mengenai dampak positif maupun risiko yang harus diantisipasi.
Selain itu Steve juga memandang Media sebagai Mitra Strategis, dua juga menyoroti minimnya kapasitas UKIM dalam menyebarkan informasi kepada publik. Karena itu, kedepan media sebagai mitra penting akan dilibatkan guna memperkenalkan prestasi dan rekam jejak UKIM kepada publik .
“Kami membuka diri. Media adalah jembatan UKIM dengan masyarakat,” katanya.
Rektor juga menyinggung soal moratorium pembukaan Prodi baru dan fokus untuk mengelola 18 Program Studi yang ada dengan maksimal.
“Untuk saat ini, UKIM memilih memberlakukan moratorium pembukaan program studi baru. Fokus diarahkan pada peningkatan kualitas 18 prodi yang sudah ada—mulai dari akreditasi, kurikulum, SDM dosen, tenaga kependidikan, hingga sarana prasarana.
“Kita jangan tergoda menambah prodi jika yang ada saja belum kita urus dengan sempurna. Benahi dulu, baru berkembang,” jelasnya
Sementara itu Dalam sambutan pelantikannya, Steve Gaspersz, menyampaikan pidato yang cukup menyentuh.
Mengawali sambutanya dengan mengatakan, setiap helaan napas manusia adalah ruang kasih karunia. Ia mengajak semua yang hadir untuk memaknai rasa syukur bukan sekadar ucapan, tetapi kesadaran bahwa manusia hanyalah titik kecil dalam keluasan semesta. Kesadaran itu, katanya, menuntun setiap pribadi untuk hidup secara relasional dengan sesama, lingkungan, dan misteri kosmos.
Steve mengungkapkan perjalanan panjangnya bersama UKIM dengan mengungkapkan 35 tahun silam, datang sebagai mahasiswa teologi , ditempa oleh perjumpaan lintas budaya di Maluku. Gaspersz juga mengenang masa pendidikannya di Jakarta, Yogyakarta, dan Salatiga bersama istri tercinta Pdt. Nancy Souisa dan kedua anak mereka—perjalanan yang ia sebut sebagai “sekolah kehidupan” yang diarahkan Sang Guru Agung, Yesus Kristus.
“Tempat ini bukan sekadar kampus,” ujarnya. “UKIM adalah jiwa saya. Di sini saya bertemu orang-orang yang memberi warna bagi identitas saya. UKIM adalah ensiklopedia yang menghidupkan pikiran, sekaligus baileo yang memanggil pulang.”
Steve juga menyinggung memori tragedi sosial 1999–2005—yang membuat tanah UKIM menjadi situs bersejarah harga sebuah perdamaian.
“Kini saya kembali ke baileo UKIM dalam status yang berbeda sebagai rektor untuk periode 2025–2029, masa lima tahun ke depan bukan ruang euforia, melainkan medan kerja keras. Ia berkomitmen melanjutkan fondasi para rektor sebelumnya, sambil melakukan evaluasi kritis agar UKIM mampu menyesuaikan diri dengan perubahan besar di dunia pendidikan tinggi”.
Optimismenya bahwa dia tidak berdiri sendiri, tapi para dosen sebagai mitra berpikir, tenaga kependidikan sebagai motor tata kelola, dan mahasiswa sebagai pusat dari seluruh orientasi layanan pendidikan. Akreditasi unggul bukan sekadar angka, tetapi pembentukan karakter.”
Ia juga menekankan sinergi UKIM dengan banyak pihak , Yayasan Pendidikan Tinggi GPM, LLDIKTI XII, pemerintah daerah, unsur TNI dan Polri, gereja-gereja, kampus-kampus mitra, hingga komunitas masyarakat di sekitar kampus. Mereka semua, menurutnya, adalah “pilar penyangga, yang mengingatkan UKIM akan tanggung jawab publiknya.
Steve juga menegaskan identitas UKIM sebagai kampus orang basudara. UKIM juga adalah medan misi GPM untuk menjadi terang lewat pendidikan.
Menutup seluruh rangkaian pidato Steve menyampaikan ucapan terima kasih kepada keluarga besar, para kerabat, serta jemaat-jemaat yang telah menjadi lingkar dukungan baginya. Ia membacakan pesan putra sulungnya, Kainalu, yang mengingatkan bahwa tugas rektor adalah panggilan Tuhan yang harus dijalankan dengan integritas. Sementara sang putri, Kailani, sejak awal telah menyebutnya “Pak Rektor,” sebuah panggilan yang baginya menjadi tanda cinta anak-anaknya kepada UKIM. (Ritta E Lekatompessy)















