Terima Bibit Inpago 13 Dari BSIP, Tuharea Imbau Merubah Budaya Pola Pertanian Tahunan Ke Pengolahan Lahan Berkala

Daerah25 views

Piru, Demokrasi Maluku ! Kegiatan temu lapangan dan panen perdana bibit Inpari 16 dan Sintaru yang bertempat di area pertanian Dusun Sidomulyo, Desa Waimital, Kecamatan Kairatu, Kabupaten SBB, berlangsung pada Senin, (10/2/2025).

Kegiatan itu dihadiri oleh Kepala Badan Standarisasi Instrumen Pertanian ( BSIP) Maluku, Bapak Karyono, Anggota Komisi IV DPR- RI, Saadiyah Uluputy, Dinas Pertanian Provinsi Maluku,Kepala Bulog Cabang Maluku, Maluku Utara, Dandim 1513/ SBB, Letkol inf Ridolf G.Paulus, Kepala Dinas Pertanian Kabupaten SBB, Ibrahim Tuharea S.Ag, Camat Kairatu, Kepala Desa Waimital, Ahmad Amin dan tokoh masyarakat di kecamatan Kairatu, dusun Sidomulyo adalah demplot uji coba varietas baru dari Badan Standarisasi Instrumen Pertanian (BSIP) Maluku.

http://demokrasimaluku.com/wp-content/uploads/2024/08/20240817_081242-6.jpg

Dalam acara temu lapangan dan kegiatan panen perdana bibit Inpari 16 dan Sintaru juga diserahkan bibit varietas Inpago 13 yang merupakan bibit untuk padi gogo, yang dapat dikembangkan pada area lahan-lahan kering di Kabupaten Seram Bagian Barat.

Kepala BSIP Maluku menyerahkan secara simbolis bibit varietas Inpago 13 kepada Kelompok Tani (Poktan) Hatusua yang diserahkan secara langsung kepada tokoh masyarakat Hatusua, Mansur Tuharea.

Dalam kesempatan tanya jawab, Mantan Sekda SBB itu menyampai-
kan tanggapannya atas rencana pengembangan kegiatan pertanian yang saat ini digaungkan oleh Pemerintah Pusat.

Dalam paparannya Tuharea mengusulkan untuk mengubah budaya masyarakat SBB dan Maluku pada umumnya yang biasanya menanam tanaman tahunan, menjadi pengolahan lahan secara berkala dengan penanaman padi, jagung dan hortikultura.

Hal ini pun menjadi tantangan untuk masyarakat Maluku untuk mengolah lahan berkala dan membuka lahan- lahan tidur.

Menurut Tuharea kegiatan pembukaan lahan itu, kebutuhan petani lokal perlu mendapat perhatian berupa alat mesin pertanian (alsintan) dan pendampingan petani oleh PPL sehingga langkah pengembangan ini bisa optimal.

” Untuk Area lahan pengembangan sudah tidak bisa dilakukan pada area transmigrasi di desa Waimital/Gemba dan Waihatu tetapi harus ekspansi pada lahan di kawasan lain yakni dengan membuka lahan baru pada lahan – lahan tidur yg terdapat di desa lainnya, seperti di desa Hatusua.

Desa-Desa di kecamatan Seram Barat, Taniwel, huamual yang masih luas dan belum dikembangkan kegiatan pertanian berkala” urai Tuharea.


Selain itu, hasil serapan hasil panenan menjadi hal penting agar kerja keras petani menjadi terjawab dengan harga komoditas yang cukup baik.

Seiring dengan hal tersebut, Tuharea menyatakan, untuk kebijakan nasional sektor pertanian harus menjadi sektor penting dalam RPJMN/Astacita sehingga dalam penganggaran harus menjadi daftar wajib yang masuk dalam kelompok infrastruktur, pendidikan dan kesehatan saat ini menjadi prioritas dalam penganggaran, karena bagaimana bisa mencapai swasembada pangan jika anggaran sektor pertanian tidak menjadi prioritas.

Tuharea berharap, masukan dan diskusi yang sempat dilontarkan pada kegiatan ini yang juga dihadiri oleh Ibu Saadiyah Uluputi sebagai Komisi IV DPR RI menjadi catatan untuk diperjuangkan beliau dari sisi anggaran ditingkat pemerintah pusat.

Kegiatan yang disiapkan oleh BSIP Maluku pun diharapkan dapat memberikan kemudahan pada petani di SBB terkait dengan varietas bibit yang telah terstandarisasi sehingga hasil optimal didapatkan oleh petani.( Nicko Kastanja).

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *