Ambon, Demokrasi Maluku : Menyusul isi sambutan Gubernur Maluku Drs Murad Ismail yang menghimbau gereja tak terpolarisasi menjelang pemilu seperti yang dipolemikan beberapa hari lalu di ruang publik, mendapat tanggapan beragam dari beberapa peserta persidangan ke 41 Klasis Taniwel.
Adalah Pdt Natalia Papasoka, Ketua Majelis Jemaat Nuniali ikut menanggapi sambutan Gubernur itu. Lanjutnya, sambutan tertulis yang dibacakan Assisten I Sekda Maluku, Samuel Huwae, sama sekali tidak menyinggung soal kata polarisasi.
“Kami mengikuti dengan seksama kata demi kata atau kalimat demi kalimat. Tidak ada penggunaan kata “polarisasi” gereja. “Kalau ajakan untuk warga gereja harus bersama-sama menciptakan suasana yang damai dan kondusif dengan tetap menjaga persaudaraan sejati memang disebutkan, namun tidak ada kata polarisasi. “Tegasnya saat dihubungi media ini, Kamis 30/3.
Menurutnya jika dicermati mendalam, apa yang disampaikan Gubernur Maluku dalam sambutan tertulisnya itu adalah pesan damai dan ajakan sekaligus mengingatkan tidak saja untuk warga gereja dan pelayan, tetapi lebih dari itu untuk semua, supaya bisa menjaga kondusifitas daerah ini dengan baik.
Pilihan boleh beda tetapi semangat persatuan diatas segalanya. Senada dengan itu, Pdt Markus Makudjei yang juga Ketua Majelis Patahuwe, mengakui, kalau dirinya telah membaca berita tersebut di media online seperti yang dilansir salah satu media nasional itu.
Katanya apa yang tertulis oleh media tersebut justru membingungkan jika disanding dengan berita yang sama di media- media lain. Di media lain pemberitaan soal sidang klasis Taniwel sangat sejuk.
“Nah ini yang saya mau tanya, ada maksud apa dibalik ini,” ujarnya sambil menjelaskan bahwa empat (4) sambutan yang disampaikan pada pembukaan sidang klasis Taniwel, semuanya dibacakan secara tertulis, tidak ada yang lisan. Lagipula tidak ada sesi peliputan disitu.
“Aneh saja. Saya heran sekali,” katanya sembari mengingatkan untuk waspada dan bersatu sebagai warga gereja agar bisa bersama-sama pemerintah daerah membangun program umat.
Terkait tahun politik yang sedang dihadapi, sambungnya, merupakan juga tahun rahmat Tuhan yang merupakan anugerah terindah untuk bangsa Indonesia termasuk kita di Maluku. Karena itu, kita harus sigap dan cerdas sebagai sesama anak bangsa agar tahun politik ini bisa menjadi berkat bersama.
Pada bagian lain, panitia pelaksana persidangan klasis desa setempat, Daniel Elake mengakui, kalau sambutan Gubernur Maluku yang disampaikan sesudah kata pembukaan secara seremoni oleh Wakil Ketua MPH Sinode, Pdt Lenny Rangkoratat/Bakarbessy itu, berisi sejumlah harapan dan ajakan. Jadi tidak ada kata polarisasi seperti yang dimaksudkan itu.
Dia mengharapkan semua pihak agar menafsirkan ajakan dan harapan serta pesan dalam sambutan orang nomor satu di Maluku itu secara utuh dan lengkap. “Kalau penafsiran sepotong-sepotong akan kehilangan maknanya.
Saya meyakini kalau sambutan itu sudah sesuai konteksnya,” tukas ketua pemuda desa Lumahlatal ini. Sementara itu, Pdt Petrus Liklikwatil, Ketua Mejelis jemaat Lumahlatal berterima kasih kepada Pemda Maluku yang sudah menghadiri persidangan klasis Taniwel tahun 2023 dan meminta semua pihak untuk tidak berpolemik yang tak jelas ujungnya.
“Saya kira tidak ada gunanya membangun opini apalagi diksi yang tidak sesuai fakta. Itu cuma hanya mengaburkan substansi yang dampaknya memperburuk kebersamaan” tukasnya mengingatkan.
Terkait hoaks yang berkembang di tahun politik ini, Sekretaris Klasis Taniwel Pdt J Makatita berharap agar semua komponen tidak mudah sebarkan berita hoaks apalagi kaitkan gereja dengan politik.
Gereja pada prinsipnya bertanggung jawab terhadap pelayanannya untuk melakukan berbagai kegiatan pemberdayaan di semua lini demi pembangunan masyarakat.
Gereja akuinya tetap bersinergi dengan pemerintah untuk melakukan tindakan-tindakan kebenaran dan keadilan serta tidak sejalan dengan praktek yang menyusahkan banyak orang (***)