Kearifan Lokal Jadi Perekat, Perpisahan Karena Keadaan, Janji Tetap Jaga Persaudaraan

Wisatabudaya497 views
Link Banner

Catatan Dan Harapan Dari Negeri Larike Wayari

Ambon, Demokrasi Maluku ; Minggu (06/03/2022) merupakan tonggak sejarah baru bagi basudara Larike yang ada di  Dusun Wayari  Negeri Suli Kecamatan Salahutu Kabupaten Maluku Tengah dengan basudara Salam  Larike yang ada di Negeri Larike Kecamatan Leihitu Barat Kabupaten Maluku Tengah.

Betapa tidak  21 tahun sudah kedua basudara (bersaudara) salam dan sarani dari satu gandong, tanah dan negeri Larike terpaksa di pisahkan oleh peristiwa kelam di tahun 1999, karena ulah orang ketiga.

Kini di hari Minggu hari  TUHAN mereka kembali dipertemukan,  dalam suasana sukacita karena dithabiskan dan diresmikannya konsistori dan kantor jemaat GPM Larike.

Sekalipun hujan lebat mengguyur  Kota Ambon dan sekitarnya,  namun di Dusun Wayari Suli Atas,  suasana begitu tenang, alam begitu bersahabat di pukul 15:00 WIT hingga berakhirmya  acara, tanpa setetes Hujanpun yang jatuh.

Seakan-akan alam turut merasakan suasana sukacita dan kebahagiaan,  karena pertemuan dua sudara gandong ade deng kaka  (dua saudara Kandung  Adik  dengan kakak), alam begitu cerah tanpa kelihatan mendung sedikitpun.

Wagub Orno dalam sambutannya pada acara tersebut menggemukkan sebagai pemimpin di Maluku dirinya merasa bahagia bercampur haru,  bahkan hampir meneteskan airmata , ketika masuk dirinya disambut dengan music hadrat di gerbang masuk ke pemukiman .

“Saya hampir meneteskan air mata, saya terharu karena keaadaan kita terpisahkan oleh orang-orang ketiga yang merusak sendi-sendi persaudaraan”.

Janji bapak raja tadi merupakan janji yang keluar dari hati yang paling dalam. Agama tidak bisa memisahkan kita, agama tidak bisa merusak kearifan lokal.

Kata Bung Karno, kalau kita jadi orang Kristen, jangan kita jadi orang Israel, kalau kita jadi orang Islam, jangan kita jadi orang Arab tetapi tetap jadi orang Indonesia yang ,mencintai Bhineka Tunggal Ika.

Dengan 67 KK bangunan ini bisa selesai , ini luar biasa, TUHAN ada disini, di Jemaat ini.TUHAN berkarya menghasilkan suatu gedung yang cukup megah

Orang beragama mesti tahu dan menghargai akar budaya, dulu sebelum ada agama, nenek moyang kita sudah berdoa kepada TUHAN dengan cara mereka, mereka berdoa kepada TUHAN dengan cara mereka masing-masing, entah itu dengan cara membuat patung dan menyembah atau dengan menyembah pohon-pohon besar, atau tempat-tempat keramat, itu cara mereka menyembah TUHAN

Dimulai dari Pamahanusa, Saka Mese Nusa, Ita Wotu Nusa, Kalwedo, Duan-Lolat, Ain ni Ain hingga di Ambon Lawamena Haulala-Hiti Hiti Hala-hala.

Semuanya telah dianugerahkan Tuhan bagi bumi Maluku karena itu mari terus menjaga dan meneruskannya bagi anak-cucu,  agar Maluku tetap Damai.

 

Diakhir sambutannya Wagub mengatakan, “tadi ada ucapan terima kasih dari pak Hengki  untuk pemerintah provinsi Maluku , saya tidak tahu apakah pemerintah membantu ataukah tidak,  tapi yang pasti saya akan membantu moubiler sesuai demgan permintaan Pak Hengky wakil Ketua MPH GPM.

Sementara Pdt.H.Hetharia Wakil Ketua MPH Sinode GPM dalam sambutannya mengemukakan,

Pentahbisan Kantor dan Koncistori Jemaat GPM Larike memberikan angin sejuk bagi wajah Maluku dan Indonesia bahkan bagi dunia di tengah berbagai ancaman hidup.

Hidup Persaudaraan harga mati, Hidup penuh Damai adalah segalanya, marilah menjaga dan terus melestarikannya.

Salam dari Negeri Larike turut andil dengan tarian penjemputan hadrat yang memberi warna,  betapa persaudaraan satu gandong (satu kandung),  diantara mereka tetap terjaga dan terpelihara.

Wakil Ketua 2 MPH Sinode GPM,  mengucapkan terima kasih dan menyambut dengan penuh kasih kehadiran Bapa Raja dan Ibu beserta semua orang tatua (tua-tua),  basudara dan anak-anak dari Negeri Larike.

Sebuah momentum yang memberikan kesejukan, di tengah kondisi Maluku yang goyang pasca kejadian di Pulau Haruku.

“Kita memiliki kekuatan Persaudaraan yang harus kita jaga dan kita bagikan bagi dunia, bahwa damai adalah kekuatan kita yang akan terus menjaga Maluku dan Maluku Utara.

Dalam kesempatan itu   Raja Negeri Larike Hafes Mansur Lausepa menyapa semua basudara dalam “Salam Persaudaraan”. “Katong (kita) samua (semua orang basudara (orang sudara)  baik yang ada di Negeri Larike maupun basudara yang ada di Wayari.

Karena itu, ini bukan kesempatan pertama dan terakhir, tetapi ini adalah kesempatan pertama sejak beta (saya) jadi raja dan akan terus berlanjut.

“Mari katong (kita) jaga persaudaraan. karena katong satu gandong, katong tapisah karena keadaan, karena itu ke depan, beta dengan tangan  terbuka menerima apa yang basudara di sini minta,  apa yang katong tarima (terima) di Negeri Larike akan katong bagi juga bagi basudara di Wayari, walaupun itu hanya sedikit, demikian Lausepa. (Penulis : Ritta.E.Lekatompessy).

 

 

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *