Ambon, Demokrasi Maluku ; Papalele merupakan tradisi turun-temurun perempuan Ambon khususnya dan Maluku umumnya, dimana dengan penuh semangat yang tinggi, berjuang untuk membantu ekonomi keluarga, perempuan-perempuan tangguh ini membawa jualannya baik ikan,sagu, buah-buahan, sayur -mayur, ada yang berkeliling kampung, namun ada juga yang duduk di emperan-emperan toko bahkan di sejumlah pasar di kota Ambon.
Para perempuan pejuang ekonomi keluarga ini tanpa kenal lelah menjajakan jualannya demi memperoleh sesuap nasi bagi kehidupan keluarga mereka .
Walikota Ambon Bodewin Wattimena terpanggil dengan jabatan yang disandangnya berencana dan bertekad membangun papalele square demi menampung para mana-mana, pejuang-pejuang tangguh ini disuatu tempat yang representatif .
Bodewin M. Wattimena, memastikan proyek ini akan segera direalisasikan sebagai bagian dari janji kampanye bersama Wakil Wali Kota Ely Toisutta.
“Tahun depan kita mulai bangun. Ini bukan sekadar pasar, tetapi rumah bagi Mama-Mama Papalele, yang selama ini bertahan di tengah keterbatasan,” ujar Wattimena di Balai Kota, Jumat (25/04/2025).
Papalele Square direncanakan berdiri di atas area pasar apung saat ini.
Lebih dari sekadar tempat jual beli, pasar ini akan dirancang menjadi ikon budaya, di mana wisatawan bisa menyaksikan para pedagang mengenakan kebaya khas Ambon sambil menjajakan hasil bumi mereka , sebuah pemandangan yang sarat makna dan tradisi.
“Konsepnya sudah final, desain sudah ada, dan kini kami menghitung kebutuhan anggaran,” tambahnya.
Tradisi Papalele sendiri bukan hanya sekadar berdagang.
Ini adalah cerita tentang perjuangan, tentang perempuan Ambon yang dengan langkah tegap dan kepala tegak memikul hasil kebun, sagu, buah-buahan, dan hasil alam menuju pasar atau kampung-kampung untuk dijual.
Dengan Papalele Square, Pemkot Ambon berharap warisan budaya ini tidak hanya tetap hidup, tapi juga menjadi daya tarik wisata yang membanggakan kota ini di mata dunia. (*)
