Rumasoal Minta Perekrutan TNI Perhatikan Keterwakilan Orang Adat Alune-Wemale

Daerah30 views

Piru, Demokrasi Maluku ; Tokoh adat Bulu Kasuale Batai Sisine Nenali Nuruwe lumabotoi yang tergabung dalam beberapa negeri adat Alune Wemale Bung Jodis Rumasoal SH yang merupakan turunan garis lurus pimpinan besar perang Rumasoal Kapitan Pattihua panglima perang perlawanan melawan portogis & VOC Hindia Belanda abad ke 16 tahun 1514, berhasil mengusir penjajah dari Bumi Maluku khususnya Pulau Seram, Ambon dan sekitar dengan taktik, strategi yang membuat penjajah bingung dan lari pergi meninggalkan wilayah pulau Seram dan Maluku.

Beberapa peninggalan sejarah perang Rumasoal berupa pembantaian di Wairano (Popela), Kepala Eti, Kuburan pusaka kapitan Pattihua dan beberapa kelompoknya di Negeri Neniari gunung dan catatan sejarah lainnya yang masih tersimpan rapih oleh generasi sebagai penerus perjuangan dalam menjaga keutuhan NKRI.

http://demokrasimaluku.com/wp-content/uploads/2024/08/20240817_081242-6.jpg

Pada tahun 1950 terjadi pergolakan RMS di Maluku masyarakat Pulau Seram dan Maluku rakyat Maluku khususnya pulau Seram masuk hutan bersama tentara Republik Maluku Selatan di bahwa pimpinan Soumukil, sehingga banyak pimpinan negeri (Raja) dan masyarakat pulau seram, tengara dll, di bantai yang pusatnya di Lokasi Wairano (Popela).

Beberapa tokoh dari Negeri Neniari gunung dan negeri – negeri sekitarnya tentara sukarelawan dan membatu pemerintah Indonesia untuk menumpaskan RMS dari dataran pulau Seram sehingga beberapa masyarakat di turunkan ke pusat kecamatan seperti Taniwel, Kairatu dan kota Piru hingga membuat suatu perkampungan di kota piru (Desa Neniari Piru) dan sekitarnya untuk kembali ke pangkuan ibu Pertiwi.

Rumasoal menilai pemerintah Indonesia di bawah TNI – POLRI menganatirikan kami sebagai warga masyarakat di wilayah 3T pedalaman pulau seram dalam halnya penerimaan seleksi TNI – POLRI karena dari Indonesia merdeka hingga saat ini tidak ada keterwakilan anak negeri yang di wakili dalam seleksi TNI – POLRI, kami menyesali atas kebijakan panglima TNI dan Kapolri agar bisa melihat persoalan tersebut.

Kami tetap menjaga dan mengawal konstitusi UUD 1945, NKRI, Bhinneka tunggal Ika dan Pancasila harga mati bagi kita, sehingga di tgl 25 sebagai hari lahir republik Maluku Selatan tidak ada dalam pikiran kami karena 12 tahun banyak duka maupun pertumpahan darah hanya kematian begitu banyak kamu tetap di bawah naungan ibu Pertiwi.

Rumasoal dan beberapa tokoh adat NURUWE LUMABOTOI Alune Wemale meminta panglima dan Kapolda Maluku bisa melihat persoalan tersebut, semogaa seleksi TNI Polri kami anak negeri Neniari gunung dan negeri – negeri adat sekitar bisa mengambil bagian dalam waktu dekat kami akan menyurati Dandim SBB, Dandrem, panglima, Kapolres SBB, Kapolda Maluku hingga tembusan ke panglima, gubernur Maluku maupun kapolri melalui Anggota DPR RI Dapil Maluku bagian dari aspirasi kami, karena kami di dataran pulau Seram wilayah 3T tidak kibarkan bendera, markar kepada Negara Dan perbuatan lainnya.(*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *