Derita Perempuan Tani-Nelayan di Maluku , Mereka Butuh Uluran Tangan Pemerintah

Ambon61 views

DARI DIALOG MULTIPIHAK AKSI FOR GENDER-LAPPAN & PEMERINTAH DI PROVINSI MALUKU

Ambon, Demokrasi Maluku : Para Perempuan Tani dan nelayan di Provinsi Maluku yang berasal dari Kota Ambon, Maluku Tengah dan Kabupaten Seram Bagian Barat Kamis (14/12/2023) berkumpul bersama dengan pemerintah baik.Kota Ambon maupun Pemerintah Provinsi Maluku yakni beberapa Dinas/instansi terkait , swasta, akademisi, anggota DPRD Provinsi Maluku juga Bank Indonesia Ambon, berdialog terkait derita yang dialami sebagai pekerja perempuan yang melakukan urusan ganda di dalam keseharian mereka, yakni sebagai ibu rumah tangga tapi juga sebagai pencari nafkah bahkan sebagai pencari nafkah utama atau tulang punggung keluarga.

http://demokrasimaluku.com/wp-content/uploads/2024/08/20240817_081242-6.jpg

Dialog yang dibagi dalam dua season dan diikuti dengan konfrensi pers tersebut terungkap sejumlah kendala yang dihadapi oleh pekerja perempuan baik itu akses pendanaan untuk mengembangkan usaha, ketrampilan yang pas-pasan bahkan akses dan informasi untuk memperjuangkan sejumlah bantuan dari pemerintah sangat minim.

Sebagian besar dari mereka mengakui belum pernah mendapat bantuan sedikitpun dari pemerintah bahkan mereka semua tak memiliki kartu tani dan kartu nelayan, karena selain status kependudukan juga ketidaktahuan mereka tentang informasi bagaimana mereka memperoleh kartu tani maupun kartu nelayan.

Dibawah ini. Penuturan mereka terkait apa yang mereka alami

Jois (komunitas perempuan dari Leitimur Selatan) , terimakasih atas materi yang disampaikan dari Bank Indonesia (BI).

Mohon maaf jika saya kurang jeli terkait materi yang dipaparkan.

“Saya sangat mengapresiasi BI dapat memotivasi beberapa UMKM di kota Ambon namun selama ini kami tak memahami prosedur untuk.mendapat bantuan baik dari pihak BI, perbankan lainya termasuk bantuan pemerintah, dinas instansi terkat.

Kalau kelompok perempuan UMKM yang ingin mendapatkan support dana BI, persyaratannya
seperti apa, kelompoknya minimal jumlahnya berapa.

Yuli – Mahina Makahina :kebetulan pak kadis ada disini, suatu kehormatan karena tadi saya agak sedikit ngotot untuk pak kadis harus ada disini, untuk mendengar keluhan kami di awal tadi.

Untuk ketahuan bapak saya ini dari komunitas Mahina Makahina, yang merupakan komunitas bentukan dari kementerian ketenagakerjaan dan transmigrasi, tetapi bergerak di bidang pertanian, ada sedikit miss komunikasi, saya ingin menyampaikan komunitas kami adalah bentukan dari kementerian tenaga kerja dan transmigrasi.

Masalah yang kami temui penyuluh penyuluh lapangan yang turun ke lokasi kami, tak mau.melayani kami karena kami bentukan Nakertrans

Kami mengatakan ke penyuluh lapangan, bahwa sekalipun kami ini adalah bentukan Nakertrans tetapi lkerja kami sektor pertanian, otomatis harus ada perhatian dari pertanian, ternyata kami menemui jawaban yang mengecewakan, jujur kami ada beberapa merupakan perempuan kepala keluarga , otomatis beban hidup itu utuh ada pada kami, kami butuh support, itu yang pertama.

Jika kami tidak disupport mau kemana kami.harus disyukuri bahwa perempuan kepala keluarga seperti kami tidak lari ke hal-hal yang mengecewakan dan merugikan, kami mempunyai mindset berfikir waras penuh, bahwa kami memiliki watak yang keras dan tangguh melebihi laki-laki, untuk bisa menghidupi keluarga.

“Saya sedikit berbagi, saya ini penyintas pak, korban KDRT selama 19 tahun dari 20 tahun pernikahan dan memilih berpisah dan membesarkan kelima orang anak, Puji Tuhan, tiga anak saya sudah selesai sekolah dan memiliki pekerjaan yang lumayan bagus, 2 anak yang masih menjadi tanggungjawab pembiayaan saya. itu berarti bahwa dalam selang waktu saya membesarkan anak-anak saya harus bekerja ekstara, bapak ibu bisa membayangkan, betapa saya bekerja keras

Tadi ibu prof mengatakan 18 jam perempuan bekerja dalam sehari baru tidur tapi saya tidur hanya 2 jam pak, karena saya sudah harus bangun pagi dan harus membuat jualan untuk dipasarkan di sekitar lingkungan tempat tinggal, kemudian saya harus ke kebun, saya punya lahan pribadi keluarga memang, saya harus ke kebun dan pulang saya harus masak dan Kembali lagi ke kebun saya harusmencuci, segala macam hal harus saya lakukan sendiri tanpa topangan siapa-siapa tetapi saya tidak mengeluh.

Yang saya sesalkan ketika ada ASN dalam arti ini, penyuluh lapangan yang menjawab saya dengan jawaban yang mengecewakan.

Saya punya komunitas, kelompok pertanian, awalnya bentuk, ada 18 orang sesuai kriteria dari Nakertrans ada laki-laki, namun laki-lakinya mundur tinggal kami perempuan 9 orang, laki-laki tidak.mau bekerja seperti kami perempuan.

Sebagai pimpinan kelompok, saya mau bekerja asal-asalan, kita harus produktif kita harus punya komitmen, apa yang kita kerjakan harus menghasilkan, untuk pribadi keluarga.

Saya harus banyak memberi masukan kepada pak Kadis, bahwa ke depan apa yang bapak sampaikan tadi kami pegang, apa kata-kata bapak, kami dari komunitas akan ke kantor bapak, saya janji akan ketemu bapak di tahun depan,, bersama-sama, komunitas, kemudian apa yang disampaikan oleh ibu prof tadi bahwa betul-betul merupakan realita dan penguatan bahwa tidak menyepelekan laki-laki tetapi kami punya potensi yang harus diperhitungkan.

” Jadi saya minta perhatian dari semua yang ada di depan dan yang ada disini, bahwa Ketika kita saling mendukung maka akan tercipta generasi muda yang betul-betul cerdas, itu karena orang tuanya, kami (perempuan-perempuan) mampu memberikan yang terbaik untuk mereka, jadi seperti itu pak, bapak akan layani kami Ketika kami ke kantor. Intinya penyuluh tidak ramah dan tak peduli dengan oersoalan yang kami hadapi terkait pembuatan kartu tani dan bagaimna cara mendapat bantuan pemerintah”

Amla – ( komunitas Amantelu community ) Masyarakat Indonesia lebih banyak mengonsumsi Nasi tetapi dari sektor pertanian belum mampu untuk menentukan kesejahteraan khususnya pertanian, yang tadi disebutkan indicator kemiskinan

Bagaimana caranya petani berkarya untuk maju dalam situasi tersebut terutama kaum Perempuan, terima kasih .

Ibu Ana – Petani Minyak Lawang :
Baik terimakasih saya sampaikan kepada bapak ibu moderator atas kesempatan yang diberikan bagi saya, mungkin ada beberapa hal yang ingin saya sampaikan disini. Itu yang pertama kepada kepala dinas pertanian, bagaimana caranya kita mendapatkan kartu tani. Yang kedua kami dari Seram Bagian Barat (SBB), khususnya saya tinggal di daerah pegunungan yang memang disana itu terkait dengan pertanian dan kehutanan, banyak potensi yang ada, cuman kendalanya yang pertama itu akses.

“Jadi yang pertama itu jalan juga akses terkait dengan internet, jadi memang itu ada beberapa kendala,

Dsana kami membentuk komunitas itu dalam bentukan pengolahan minyak atsiri yakni dengan minyak Lawang,

“Kami sudah membangun Kerjasama dengan dinas kehutanan tapi kendala kami di bagian pemasarannya, kemarin kami sudah dibantu oleh Ibu Bai terkait dengan koordinasi ke dinas kesehatan berkaitan dengan ijin”.

Ada petani yang menanam pisang Jadi mungkin disini terimakasih terkait dengan informasi pisang. Ada beberapa jenis pisang namun untuk. Pemasaran terkendala akses jalan.

Selain itu kami juga kesulitan air bersih, kami harus mengambil air bersih dengan jarak yang cukup jauh dengan demikian waktu kami sebagian besar tersita untuk mengurus air,, bagaimana kami mau mengurus usaha yang lain

Ibu Achi Saleky mengemukakan, yang pertama sesuai dengan apa yang dibicarakan oleh ibu Ida, saya mau bertanya, adakah selama ini, pengawasan dari Dinas Perikanan untuk hal-hal yang disampaikan oleh ibu Ida. Salah satu contoh, pengawasan untuk peredaran subsidi BBM bagi nelayan.

Yang kedua untuk kestabilan harga ikan di pasar yang itu juga salah satu factor yang bisa menyambung kehidupan ekonomi perempuan nelayan di daerah ini.

Kemungkinan kalau ada pengawasan, pengawasan ini yang dilakukan oleh dinas yang memenuhi syarat, saya kira sedikit ada peningkatan keluar dari kemiskinan untuk daerah ini.

Irene Latuharhary, saya ingin menyampaikan usul. Usulan dari saya kepada semua narasumber yang telah hadir terlebih khusus bagi ibu kadis.

Kebetulan ibu kadis juga hadir. mungkin permintaan saya seperti ini, kalau melihat sejak tadi pemamparan banyak sekali pelatihan yang dibuat, bukan saja untuk perikanan tapi yang lain jufa.

Saya ada disini adalah undangan untuk komunitas tenun Halong berarti itu ada di UMKM.

Saya berterima kasih kepada AKSI dan LAPPAN. yang membawa kami, ibu-ibu semua hadir disini.

“Jujur kami ingin mengatakan bahwa kami semua perempuan-perempuan hebat, adal kami cuman dari kader pos yandu.

Kami bergabung dengan LAPPAN dan kami selalu dibawa untuk hadir dalam kegiatan-kegiatan seperti ini.

Penyesalan kami ketika kami ada dalam semua kegiatan. yang kami harus difasilitasi itu cuma kami harus menerima bantuan itu melalui bank.

Kenapa harus melalui bank? Kalau melalui bank bagaimana caranya kami mengembalikannya kepada bank?.

Apa memang tidak ada selain bank ada dinas-dinas terkait yang bisa memberikan saluran dana sebagai perangsang untuk kami melakukan semua kegiatan usaha.

Saya juga merasa menyesal ketika saya sendiri menjabat sebagai ketua RT dan ada beberapa kali musrembang.

Yang saya sampaikan disana itu membuat saya jadi kecewa tidak dilaksanakan apa yang menjadi titipan usulan dari kami.

Kami sebagai UMKM kami merasa bahwa setiap pelatihan keterampilan yang kami punya dan aksi kami itu sangat banyak tapi kami harus menjual dan memasarkan dimana?

Apalagi bagi kami yang baru membentuk UMKM yang ada.

Ibu Bai sangat supportif sekali untuk membawa kami ke arah penguatan kapasitas kami sebagai UMKM.

Tetapi, kami mau bawa kemana hasil karya kami. Yang saya mintakan dari musrembang itu yang saya inginkan ada rumah kreatif yang harus diadakan di setiap desa negeri di kota maupun di provinsi.

Supaya ketika ada tamu-tamu kita yang datang. Rumah kreatif itu bisa menyalurkan aspirasi kami semua untuk menjadi bahan jualan.

Yang saya merasa kecewa juga usaha kami kalau dijual dimasukkan ke toko itu harganya sangat minim.

Saya punya UMK, saya bukan orang Tanimbar tapi saya punya UMKM kain tenun dan kita bawa di took itu sangat minim sekali. Ada teman saya dari pengusaha tenun juga. Tapi, kalau ada rumah kreatif berarti penjualan kami bisa dipasarkan harganya lebih tinggi daripada di toko.

Dewinta, pertanyaan saya mengenai UU No 7 Tahun, ternyata untuk sosialisasi tentang kartu nelayan yang selalu dibahas dari atas sampai ke bawah dan juga disinggung oleh ibu dosen bahwa kartu nelayan itu dalam satu keluarga sudah mencakup satu sebenarnya. Tetapi, pada kenyataanya ada sebagian untuk para nelayan di bagian pesisir tidak memiliki kartu nelayan atau bahkan tidak ada informasi terkait kartu nelayan bahkan terkait status untuk mendapatkan BBM itu tidak ada.

“Jadi, untuk mendapatkan informasi seperti itu untuk para nelayan bagian pesisir. Seharusnya, dari dinas mana? Atau seharusnya bagaimana cara untuk mengsosialisasikan itu, supaya para nelayan mempunyai pengembangan kapasitas mereka terdapat dan juga punya akses informasi yang lebih jelas. Jadi, bukan hanya stuck-nya di tangkap ikan selepas itu menjual ikan seperti itu terus menerus tidak stuck disitu. Dan mereka juga punya pemahaman bahwa ternyata ada bantuan-bantuan yang akan didapatkan untuk para nelayan. Tadi saya juga telah melakukan searching bahwa ternyata ada BLT khusus nelayan.

Maksudnya, bisa jadi kalau dikonfirmasi kalau salah bisa dikonfirmasi disini saja pak.

Ibu Jois komunitas Ina Uritetu. Kalau tadi pemaparan bahwa banyak pelatihan-pelatihan yang telah dilakukan untuk kelompok-kelompok perempuan. Untuk saya sendiri bahwa selama ini saya salah satu pembina kelompok tenun ikat Awaieras dan juga salah satu pembina kelompok abon ikan Ina Uritetu.

Selama ini kalau tadi minta maaf kalau saya salah tapi saya harus mengatakan bahwa ini pengalaman yang saya dapatkan selama ini kami tidak pernah dijangkau baik kelompok tenun ikat aiwaieras tetapi juga kelompok Ina Uritetu. Kelompok Abon Ikan Ina Uritetu kami dibentuk oleh LAPPAN sejak 2016. Selama itu selalu disupport oleh LAPPAN. Tetapi pada akhirnya juga tidak berjalan dengan baik. Karena memang itu yang tadi dikatakan bahwa kami tidak dijangkau dengan pelatihan-pelatihan Lalu, kalau abon itu sudah tersedia mau dipasarkan kemana itu yang menjadi kesulitan. Sehingga, mungkin pada kesempatan ini saya memohon maaf tapi mungkin ada perhatian dari dinas provinsi maupun dari dinas kota saya mohon maaf.

Artinya, bahwa kalau kita mau melihat perempuan-perempuan hebat ini ada di semua komunitas dan kelompok-kelompok usaha kecil ini ada di semua komunitas. Tetapi, sampai dengan saat ini ada kelompok-kelompok usaha perempuan yang di komunitas yang tidak pernah dijangkau. Dengan hal-hal yang sudah disampaikan oleh bapak tadi. Oleh karena itu, dalan kesempatan ini saya memohon maaf bisa ada perhatian untuk semua kelompok-kelompok komunitas perempuan yang ada di semua komunitas di kota Ambon. Karena, jika kita berbicara tentang mau maju bagaimana kalau perempuan sendiri saja tidak diperhatikan di kelompok-kelompok besar. Negara daerah ini bisa maju kalau perempuan bisa hebat dan kuat. Tadi sudah disampaikan sebenarnya perempuan itu bukan malas, miskin bukan karena dia malas tetapi aksesnya itu yang tidak didapatkan dan tidak diberikan kesempatan. Sehigga, pada akhirnya Maluku dikatakan daerah termiskin nomor 4 di Indonesia. Terimakasih.

Sejumlah uneg-ubeg yang disampaikan peremoyan-perepuan petani dan nelayan di Maluku.

Acara dialog multi pihak ini terjadi atas kerjasama Yayasan LAPPAN (Lingkar Pemberdayaan perempuan dan Anak Provinsi Maluku) dan AKSI for gender ecological for justice Jakarta

Acara dibagi atas dua season yakni season pertama pemaparan umun dari para nara sumber yang berasal dari : BI, Dinas PPA Provinsi Maluku, Yayasan Makahina , AKSI, Dinas Pemberdayaan Masyarakat Desa Provinsi Maluku, Dinas Perikanan Provinsi Maluku, anggota DPRD Provinsi Maluku yang dilanjutkan dengan dialog.

Kemudian dilanjutkan dengan season dialog pada kelompok tani dan nelayan secara terpisah.

Dilanjutkan pleno bersama dan konferensi pers.

Acara dialog berlangsung serius, antusias dan penuh semangat,

Selain Nara Sumber hadir dari AKSI Henny Nasution dan Anita, sejumlah Dinas, instansi terkait dari Kota Ambon, yang juga sempat memberi penjelasan terhadap sejumlah kendala yang dihadapi para perempuan tani dan nelayan di Maluku,.

Hadir pula sejumlah media online meliput jalannya dialog multi pihak..

Dari Dialog tersebut terbangun sejumlah kesepakatan bahwa akan ada tindak lanjut dari semua permasalahan yang dikemukakan baik dari perbankan, , juga dinas instansi terkait dan anggota DPRD.
(Ritta.Lekatompessy).

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *