Ambon, Demokrasi Maluku : Batutua Kharisma Permai dan Batutua Tembaga Raya (BKP-BTR) di Pulau Wetar, Kabupaten Maluku Barat Daya, menjalankan salah satu praktik baik dalam sektor pertambangan, yaitu mengelola lingkungan di area tambang.
Perusahaan penambang dan pengolah tembaga tersebut melakukan upaya pencegahan erosi pada tebing atau lahan-lahan terbuka seperti lereng di area Partolang. Caranya dengan menanam bibit pohon dan menggunakan cocomesh, jaring yang dibuat dari sabut kelapa, sebagai penahan tanaman dari potensi longsor akibat hujan deras.
Cocomesh dipasang menyelimuti lereng dan bibit pohon ditanam di bawah jaring. Selain mampu menahan erosi, sabut kelapa cocomesh bisa menyimpan air dan tidak perlu dilepas karena akan menyatu dengan tanah.
Sepanjang 2021, BKP-BTR telah memasang cocomesh seluas 7,74 hektar dan sebagian bibit tanaman sudah menghijau.
Tiga jenis tanaman yang ditanam di area cocomesh adalah cover crop (tanaman penutup tanah), pepohonan lokal (antara lain kosambi, asam jawa, parna, jambu mete, ekaliptus, dan kersen), serta jenis pohon yang cepat tumbuh seperti lamtoro dan sengon. Upaya pencegahan erosi itu akan dilanjutkan pada tahun ini.
Dicky Murod, Senior Manager External Affairs BKP-BTR, mengatakan bahwa usaha pertambangan dan pengelolaan lingkungan hidup itu bagaikan dua muka dalam satu koin. Usaha pertambangan di mana pun pasti membuka lahan dan itu harus dijalankan bersamaan dengan pengelolaan lingkungan hidup. BKP-BTR, anak perusahaan PT Merdeka Copper Gold Tbk, berpegang pada komitmen tersebut.
Dicky menambahkan bahwa penggunaan cocomesh yang diikuti oleh penanaman berbagai jenis tanaman tersebut sesuai dengan Kebijakan Lingkungan Hidup BKP-BTR, yang menegaskan tujuan BKP-BTR untuk menjadi yang paling unggul dalam pembangunan berkelanjutan dan konservasi alam.