SEKJEN: Kearifan Lokal Sangat Efektif Dukung Upaya Menjaga Kerukunan Antar umat Beragama
Ambon Demokrasi Maluku: Sekretaris Jenderal Kementerian Agama Nizar Ali menyatakan bahwa kearifan lokal, tradisi, dan adat istiadat sangat efektif mendukung upaya menjaga kerukunan antarumat beragama.
Pesan ini disampaikan oleh Nizar Ali saat membacakan pesan Menag Yaqut Cholil Qoumas pada acara sidang ke-38 Sinode, Gereja Protestan Maluku (GPM). Sidang berlangsung di Gereja Maranatha Jl. Pattimura, Kelurahan Uritetu, Sirimau, Kota Ambon, Maluku, Minggu (07/02/2021).
“Nilai-nilai yang terkandung dalam kearifan lokal, seperti kejernihan hati, penghormatan terhadap sesama, mawas diri, ego pribadi untuk kepentingan bersama, serta keterbukaan terhadap dialog dan musyawarah, merupakan nilai-nilai mendasar yang bisa menguatkan tali persaudaraan antar sesama manusia,” katanya.
Nikai-nilai ini jika terus dirawat, akan menjadi akar yang kuat untuk membangun kehidupan bersama yang aman, harmonis, dan damai.
Menurutnya, hal ini sejalan dengan nilai-nilai Kristiani yang penuh kasih dalam kutipan dalam kitab injil yang berbunyi “masuklah kamu sehati sepikir, dalam satu kasih, satu jiwa, satu tujuan, dengan tidak mencari kepentingan sendiri atau puji-pujian yang sia-sia. Mencegahlah dengan rendah hati yang seorang menganggap yang lain lebih utama dari dirinya sendiri; dan janganlah tiap-tiap orang hanya memperhatikan kepentingannya sendiri, tetapi kepentingan orang lain juga. ” (Filipi 2: 2-4).
“Umat Kristen di Indonesia memiliki tanggungjawab untuk menumbuhkan, mengembangkan dan melestarikan keharmonisan hubungan sesama anak bangsa, sekalipun dalam keberagaman suku, budaya, agama dan lain-lain,” katanta pula.
Dia menjelaskan, semboyan negara yaknin Bhineka Tunggal Ika harus diimplementasikan dalam kehidupan keseharian, di setiap tempat dan waktu.
“Masyarakat Indonesia yang multi budaya, sikap ekslusif yang hanya menyatakan kebenaran secara sepihak, tentu dapat menimbulkan gesekan antar kelompok agama. Konflik keagamaan yang kerap terjadi di Indonesia, umumnya dipicu oleh sikap ekslusif, serta kewajiban kontestasi antar kelompok agama dalam dukungan umat yang mendukung umat yang tidak dilandasi dengan sikap toleran, karena masing-masing menggunakan kekuatan dan pengaruhnya untuk menang sehingga akhirnya konflik konflik, “papar Nizar.
Akan hal itu, lanjut Nizar, sebenarnya moderasi beragama menjadi tidak signifikan hanya bagi aliran relasi konstruktif di antara agama-agama tetapi juga penting secara internal untuk menciptakan harmoni di antara berbagai aliran dalam satu agama. Moderasi beragama juga penting untuk dikembangkan melalui langkah-langkah strategis dengan melibatkan semua pihak.
“Moderasi perlu diimplementasikan dan ditumbuhkembangkan sebagai komitmen bersama untuk menjaga keseimbangan yang menjaga keseimbangan yang paripurna, di mana setiap warga masyarakat, apapun suku, etnis, budaya, agama, dan pilihan politik-nya mau saling mendengarkan satu sama lain serta saling belajar melatih kemampuan dan kemampuan dan mengatasi perbedaan di antara mereka, “kata dia pula.
BB